Lo Kheng Hong, Investor kawakan ini akhirnya mengungkapkan alasan kenapa ia melakukan induk usaha bisnis media dari Grup MNC. BMTR merupakan induk usaha dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV). Sedangkan untuk MNCN mereka memegang beberapa lini bisnis media, seperti misalnya RCTI, iNews, MNC TV, Radio, sampai ke media cetak.
Meski tengah berada di tengah pandemi, BMTR masih menjadi perusahaan yang bagus. Mereka bahkan masih bisa membukukan laba hingga Rp 551 miliar dan valuasi BMTR juga murah, itulah yang dikatakan oleh Lo Kheng Hong.
Diketahui kalau Lo Kheng sendiri merupakan salah satu investor dengan tipe value investing atau berbasis nilai pada Bursa Efek Indonesia. Bahkan investor satu ini memiliki julukan Warren Buffet-nya Indonesia karena ia berhasil meraup keuntungan dengan memilih saham dengan fundamental yang baik serta valuasinya yang murah.
Tetapi apakah benar kalau usaha MNC Grup ini sudah murah seperti apa yang Lo Kheng katakan?
Untuk saham BMTR ini, jika melihat dari perbandingan pada nilai buku dengan harga saham, BMTR harga sahamnya memang tergolong murah, yaitu sebesar 0.41 kali berada di bawah rata-rata industri media yang memiliki PBV sebesar 1.1 kali.
Namun ternyata BMTR memiliki intangible Asset yang besar. Ini wajar karena BMTR merupakan induk dari perusahaan media Grup MNC. Intangible Asset sediri merupakan aset yang di mana kalau perusahaan mengalami kolaps, aset ini tidak bisa diuangkan secara langsung. Biasanya aset ini berupa hak siar, hak Merk, hak cipta, hak paten, goodwill, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan jika menggunakan Prince to tangible bobok value, valuasinya berada pada angka 0.55 kali.
Selanjutnya pada rasio Price Earnings Ratio, yang dibandingkan rasionya adalah laba bersih perusahaan dalam satu tahun dengan harga pasarnya. Dengan demikian PER BMTR akan berada pada kisaran 4.4 kali, sedikit lebih rendah dari rata – rata industri media yaitu PER berada di angka 4.6 kali.
Namun daya tarik dari BMTR, yaitu kemampuan mereka untuk bertumbuh. Industri yang dianggap pertumbuhannya cukup lambat adalah media, sedangkan BMTR unggul dalam sektor ini. Selama 5 tahun terakhir pendapatan dari BMTR bisa tumbuh hingga 4% per tahunnya.
Jika menggunakan metode valuasi PBV, PER, dan kita lihat dari pertumbuhan perusahaan, dapat dikatakan kalau saham dari BMTR memang murah kalau dibandingkan dengan saham dari industri media yang lain.
Namun, bagaimana kalau valuasi anak usaha yang lebih terkenal yaitu MNCN yang menjadi anggota indeks LQ45, yaitu indeks dengan konsisten saham yang memiliki likuiditas perdagangan mumpuni serta kinerja dari perusahaan yang baik.
Kalau dengan menggunakan metode valuasi PBV, maka dapat dikatakan kalau harga MNCN sudah tergolong pada harga wajar, karena PBV MNC di kisaran 1.04 kali jadi hanya sedikit lebih buah dari pada rata-rata industri media yang mempunyai PBV 1.1 kali.
Tetapi daya tarik saham MNCN ini muncul pada kemampuan pertumbuhan laba perusahaan yang selama 5 tahun terakhir ini, bahkan berhasil tumbuh menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan induk usahanya. MNCN berhasil meningkat 4.4% pertahunnya, jauh berada di atas pertumbuhan rata-rata laba pada Industri media yang saat ini mungkin hanya berada pada kisaran 1.1%. Jadi, apakah menurut Anda analisis dari Lo Kheng Hong benar?